Powered By Blogger

Minggu, 11 Agustus 2013

Reversible (Cerita Cowok yang selalu gagal mempunyai Pacar)


Hanya bisa membayangkan, hanya bisa bermimpi. Itulah aku yang selalu hidup bersama mimpi. Teman-temanku bilang aku ini terlalu berlebihan, terlalu percaya terhadap mimpi. Bahkan ada yang bilang bisa-bisa aku gila karena mimpi-mimpiku yang teramat banyak dan takkan bisa jadi kenyataan. Tapi kurasa tidak, selama mimpi itu logis dan selama aku masih memiliki iman dalam hatiku. Aku yakin semua mimpiku ini bisa tercapai. Karena aku percaya “ada kemauan pasti ada jalan”. Ku pegang prinsip itu dalam hidupku. Aku ingin menjadi seorang anak band yang sukses dan terkenal,  Aku ingin menjadi pengusaha yang berhasil, kaya raya dan bisa membahagaiakan kedua orang tuaku. Bukan hanya itu dalam hal asmara pun aku memiliki sebuah mimpi. Tepatnya wanita impian. Haha
“Dorr..dorrr.. Mar.. Damar?” teriak ibu memanggil sambil menggedor pintu kamarku. Aku yang masih bermimpi terbalut selimut menjawab dengan kesalnya. “Apa bu??”. “Cepat bangun! Sekolah, udah siang”. Jawab Ibu. “Iya Ibu Iya ini juga bangun”. Sahutku sambil mencoba berdiri.  Kulirik kiri kanan mencari sebuah jam dinding. Dan ternyata ASTAGFIRULLAH pukul 6.37. Celaka, aku pasti terlambat. Tanpa fikir panjang langsung saja aku ke kamar mandi. Kupakai baju putih abuku. Dan kukeluarkan motor mio hitamku, langsung saja ku tancapkan gas.
Terlambat.. ternyata benar dugaanku. Gerbang sekolah sebelah utara yang biasa ku masuki kini telah tertutup rapat-rapat. Dengan rasa terpaksa aku masuk sekolah melalui gerbang sebelah selatan. Dan disana sudah ada pak surya yang tengah berdiri tegak menanti seluruh siswa-siswi yang terlambat datang ke sekolah. “Tiga point. Kau terlambat tujuh menit nak. Disini tulis nama dan kelasmu! lalu bersihkan sampah yang ada di lapangan basket ini dan sesudah itu cepat masuk ke kelas. Mengerti!” kata pak Surya. “Me..meng..mengerti pak”. Jawabku dengan mimik wajah riang terselimuti rasa takut.
Pak Surya adalah guru paling tegas di sekolahku. Tapi banyak para siswa yang bilang bahwa beliau adalah guru tergalak di sekolah ini. Herannya aku,  jika beliau guru tergalak mengapa mereka selalu membicarakan bahkan menjelek-jelekkan beliau. Hmm.. dasar remaja. XI IPA 4 itulah kelasku. Setelah selesai membersihkan lapangan basket, ku simpan motorku di tempat parkir, langsung saja aku masuk ke kelas. Dan beruntungnya aku, Jam pertama kelasku kosong. Pak Gunawan guru fisika ku tidak mengajar hari ini. Menurut kabar beliau ke Bandung. Tak tahu ngapain. Tapi kurasa, tak pentinglah aku harus tahu beliau dimana dan ngapain. Yang jelas keadaan seperti ini bukannya membuatku lesu karena tidak belajar. Tapi sebaliknya keadaan seperti ini malah membuatku senang. Kenapa? Karena aku bisa nongkrong di luar kelas bersama teman-temanku. Hehe
Kebiasaan teman-temanku saat nongkrong adalah ngobrol, ngegosip dan lain-lain. Pokoknya ngobrolin apa aja mau penting atau tak penting tidak jadi masalah. Yang penting rame dan happy. Berbeda denganku. Ketika di luar kelas aku lebih suka memantau seseorang di kelas depan kelasku. Tepatnya kelas XI IPA 1. Dialah orang yang selalu menyita perhatianku. Memberikanku segudang inspirasi. Dialah wanita impianku. Namanya adalah Rezka Ayunda Putri. Dia duduk di bangku deratan depan. Terlihat jelas wajahnya yang ayu oleh mataku.
“Mar..? Ngapain kamu? Ngelamun? Wooy..kamu ngeliatin siapa?” tanya Dika. “Hah..enggak, siapa yang ngelamun. Orang aku lagi ngeliatin pak Nurja ngajar di IPA 1”. Jawabku mengelak. “Akh Alasan saja kau ini. Tak ada kerjaan ya. Mending maen PES pake bluetooth, berani??” sahut Dika. “Ayo..siapa takut” Jawabku. (PES<Pro Evolution Soccer> = game hp).
Bel istirahat pun berbunyi. Aku dan Dika berniat untuk makan bakso di kantin. Sesampainya di kantin, ketika aku hendak memesan bakso. Tepat di warung depan kedai bakso yang aku singgahi. Dia ada di depanku. Iya Reska. Dia sedang membeli minum. Hm.. pemandangan enak nih. Terus saja ku pandangi dia. Tapi lama kelamaan dia pun sadar bahwa aku sedang memperhatikannya. Dan Betapa kagetnya aku. Tiba-tiba wajah cantik itu memberikan senyumnya yang manis untukku. Owh.. Ya Tuhan betapa gembiranya aku. Haha… Mungkin inilah yang di sebut Falling In Love. Huuh..
Aku Tahu Reska sejak aku kelas 3 SMP. Dulu sebenarnya kita pernah deket. Kita sering SMS-an dan Telpon-telponan. Tapi belum pernah sekalipun ketemu. Tapi sekarang, entah kebetulan atau memang sudah takdir kali ya. Aku dan Reska satu sekolah. Sejak kelas X aku mulai lebih mengenal dia. Kita menjadi lebih deket dari sebelumnya. Tiap hari mungkin kita SMS-an, curhat-curhatan, bahkan aku pernah main kerumahnya. Walau hanya beberapa kali sih.
Karena saking deketnya. Akhirnya lama kelamaan, keimananku pun roboh. Hatiku bergeser menyisakan sebuah ruang kosong. Hingga pada suatu hari aku nekat. Ku ambil telponku. Ku coba menelpon dia. Dengan penuh percaya diri dan keyakinan yang sungguh. Aku coba untuk menyatakan perasaanku padanya. Dan betepa kecewanya aku, Dia tak mau menjadi kekasihku. Dengan alasan dia hanya ingin menjadikan aku TTM-nya. Dalam artian dia menolakku. Hmm... Kecewa yang sungguh  Terlukis dalam wajahku. Tanpa fikir panjang ku ambil gitarku. Langsung saja ku nyanyikan sebuah lagu yang ketika itu mewakili rasa kecewaku...
Kau hancurkan aku dengan sikapmu
Tak sadarkah kau telah menyakitiku
Lelah hati ini meyakinkanmu
Cinta ini membunuhku...
(D’Masiv – Cinta ini membunuhku)
***
Setelah kejadian itu hubungan aku dan Rezka pun menjadi renggang. Kami tidak sedekat sebelum aku menyatakan perasaanku padanya. Tapi lagi-lagi Rezka membuatku kecewa. Dua hari setalah itu ku dengar sebuah kabar angin yang seakan-akan membuat aku tak percaya dengan kabar itu. Ku dengar Rezka jadian dengan Bimo. Dan ternyata kabar angin itu benar adanya. Huuh... rasa sakit hatipun kini terungkap dalam benakku. Aku tahu mungkin ini salah. Sudah jelas inilah kenyataannya. Kenyataan yang tak bisa aku ubah. Rezka lebih memilih Bimo dari pada aku. Sadar Damar... sadar! Akupun sempat membenci Rezka. Namun, kebencian itu tak berlangsung lama. Karena mungkin terlalu besarnya perasaanku terhadap Rezka.
*...Jum’at 6.07 pagi hari....*
            Hari ini aku sengaja berangkat pagi-pagi banget. Soalnya ada ulangan PKN. Aku belum sempat belajar di rumah. Sama supaya tidak berurusan dengan pak Surya. Dan malangnya aku, di kelasku yang luas ini belum ada seorangpun yang datang. Kosong, hening, dan sepi. Itulah yang terjadi disini. Wah.. Tak benar ini bagaimana Indonesia mau maju kalau generasi mudanya seperti ini. Males bangun pagi(hehe.. padahal aku juga sering gitu).
Ku simpan tasku di dalam kelas lalu ku ambil buku PKN ku. Sambil menunggu teman-temanku, aku belajar di luar kelas. Sekalian nongkrong nunggu Rezka.hehe... Beruntungnya aku, tiba-tiba tepat pada arah jarum jam angka 3 muncullah seorang wanita di depan kelasku. Dengan kulitnya yang putih, serta matanya yang bulat, dia tersenyum padaku. Dan sebuah kata terucap dari bibirnya yang manis “Ehm.. Rajin”. Aku yang kaget hanya bisa sedikit tersenyum dan  membalasnya dengan sebuah kata yang tak bermakna “Yehh..”. Dan kemudian terkuncilah mulutku ini. Diam dan diam. Huh..
“Aq hnya btuh snyum”. Kerap sekali aku ingat SMS dia waktu itu. Dia memintaku untuk membalas senyumnya ketika kami bertemu. Karena sering sekali aku tak membalas sebuah senyuman yang dia lemparkan untukku. Aku hanya diam, dan selalu diam. Itulah yang bisa ku lakukan. Bahkan terkadang aku hanya menundukkan kepalaku. Ketika kami bertemu. Sebenarnya aku ingin membalas senyum itu. Tapi tak tahu kenapa sulit sekali bibir ini ku kendalikan. Aku hanya terpana saat melihat dia tersenyum untukku.  Ya Tuhan.. Ada apa ini???
Malam yang sunyi, handphone ku sepi. Aku hanya bisa duduk termenung sendiri. Bersama gitarku yang kini tak bisa membuatku bernyanyi. Tak ada teman malam ini. Teman-temanku pergi menemui pujaan hati mereka. Karena inilah malam yang selalu mereka tunggu. Malam waktunya mereka bergembira dengan cinta. Menghabiskan waktu bersama belahan jiwa. Sejenak otakku bergeser, terlintas sebuah pertanyaan dalam fikiranku. Kapan Rezka mengakhiri hubungannya dengan Bimo. Bertahan dan terus menahan tak bisa terus ku lakukan. Terlalu besar jika terus ku pendam untuk satu perasaan. Lama sudah aku menunggu, tak kunjung datang juga sebuah kabar menyenangkan itu. Kring… kriiing.. bunyi handphone ku yang berdering. Langsung saja ku sambar suara itu. Dan ternyata itu hanyalah sebuah missed call. Bukannya kesal, tapi penasaranlah yang muncul dalam benakku. Siapa ini?
Selang beberapa detik, datanglah sebuah pesan singkat yang sangat singkat. “assalamu’alaikum”. Terkejutnya aku, ternyata itu dia. Senang, gembira, bahagia, kini telah menyelimutiku. Dengan semangatnya ku balas pesan singkat itu. “Wa’alaikumsalam.. tmben nih SMS? Da angin ap?”. 1 Jam sudah kami ngobrol via SMS. Semakin saja ku menginginkannya. Kali ini kurasa terbayarlah sudah kekecewaan yang dulu pernah ku rasakan karnanya.
Sebuah kabar yang telah lama ku tunggu, akhirnya datang juga. Iya, Rezka mengakhiri hubungannya dengan Bimo. Ada sebuah keheranan dalam fikiranku. Ketika Rezka bercerita bahwa dia sudah putus dengan Bimo. Rezka menyebut Bimo ‘si pohon kelapa’.  Kenapa ini? Apa hubungan mereka berakhir dengan pertengkaran? Tapi, kurasa tak pentinglah aku mempermasalahkan semua ini. Yang penting semua telah kembali seperti dulu. Ruang itu telah kembali kosong. Tinggal kufikirkan bagaimana caraku melangkahkan harapanku untuk mengisi ruang kosong itu. Berusaha… Ya.. Aku akan berusaha menyinggahi ruang kosong itu.
Berjalan di tengah teriknya sang raja siang ini, membuat tenggorokanku kering. Lelah menitihkan langkah menuju tempat motorku di simpan. Ku singgahi sejenak koperasi siswa untuk mengganti ion dalam tubuhku yang lemas ini. Ketika aku berada di depan pintu koperasi, terdengar dengan jelas suara indah yang memanggilku. “hey..Damar..”. Ku tengokkan kepalaku kearah kiri, dan terlihatlah wajah ayu itu tersenyum dengar riangnya padaku. “yeh… Rezka”. Dengan sangat mudahnya aku balas senyum itu. Ya Tuhan… akhirnya aku bisa membalas senyumannya.
Hari demi hari terlewati. Cinta yang dalampun semakin tergali kini. Aku dan Rezka kembali dekat seperti dahulu. Dan kurasa sekaranglah saatnya ku langkahkan harapan ini. Malam ini aku berniat untuk mengungkapkan perasaanku pada Rezka. Tepat pukul 8.12 malam, ku ambil handphoneku lalu kucari sebuah nomor telpon yang menjadi pusat perhatianku .Tanpa fikir panjang ku tekan tombol hijau yang ada di handphone ku tepat pada nomor itu. 6 detik ku tunggu, terangkatlah telponku kemudian terdengarlah suara yang menggetarkan relung jiwaku saat itu. “Halo.. assalamu’alaikum” . “wa’alaikumsalam”.Jawabku dengan santai. Seiring waktu berjalan basa-basipun terucap mengikuti arus suasana. 24 menit kemudian, ku tutup telpon itu. Lagi lagi hal itu terulang.  Hal yang dulu membuatku membenci Rezka kini telah terulang kembali.
Ketika aku akan menyatakan apa yang aku rasa, Rezka terlebih dahulu mengungkapkan perasaannya. Namun apa yang dia ungkapkan tidak sesuai dengan apa yang aku inginkan. Ternyata ruang kosong itu bukanlah untukku. Nurman Zaenuddin. Dialah pria Sunda yang menyita perhatian Rezka. Sebenarnya dia juga adalah sahabat baikku. Tapi karena berbeda kelas, kami menjadi tidak terlalu akrab. Dan lagi-lagi kekecewaanlah yang aku dapatkan.  Terlempar sesaat, seakan terhenti kaku dan membisu karena sebuah kenyataan semu. Sirnalah sudah harapan selama ini. Sebatas mimpi, mungkin itulah Rezka bagiku. Akhirnya takdir pula yang menjawabnya. Dan Rezka bukanlah takdirku.  Sebuah asmara yang konstan dengan kekecewaan membuat kehidupanku seakan reversible. Terasa bolak-balik tak berarti. Membuat semuanya hanya percuma dan sia-sia. Mungkin semuanya akan berubah jauh, drastis tak seperti dulu. Selamat tinggal rintihan hari sepiku.
***

0 komentar:

Posting Komentar