Hanya bisa
membayangkan, hanya bisa bermimpi. Itulah aku yang selalu hidup bersama mimpi.
Teman-temanku bilang aku ini terlalu berlebihan, terlalu percaya terhadap
mimpi. Bahkan ada yang bilang bisa-bisa aku gila karena mimpi-mimpiku yang
teramat banyak dan takkan bisa jadi kenyataan. Tapi kurasa tidak, selama mimpi
itu logis dan selama aku masih memiliki iman dalam hatiku. Aku yakin semua
mimpiku ini bisa tercapai. Karena aku percaya “ada kemauan pasti ada jalan”. Ku
pegang prinsip itu dalam hidupku. Aku ingin menjadi seorang anak band yang
sukses dan terkenal, Aku ingin menjadi
pengusaha yang berhasil, kaya raya dan bisa membahagaiakan kedua orang tuaku.
Bukan hanya itu dalam hal asmara pun aku memiliki sebuah mimpi. Tepatnya wanita
impian. Haha
“Dorr..dorrr..
Mar.. Damar?” teriak ibu memanggil sambil menggedor pintu kamarku. Aku yang
masih bermimpi terbalut selimut menjawab dengan kesalnya. “Apa bu??”. “Cepat
bangun! Sekolah, udah siang”. Jawab Ibu. “Iya Ibu Iya ini juga bangun”. Sahutku
sambil mencoba berdiri. Kulirik kiri
kanan mencari sebuah jam dinding. Dan ternyata ASTAGFIRULLAH pukul 6.37.
Celaka, aku pasti terlambat. Tanpa fikir panjang langsung saja aku ke kamar
mandi. Kupakai baju putih abuku. Dan kukeluarkan motor mio hitamku, langsung saja
ku tancapkan gas.
Terlambat..
ternyata benar dugaanku. Gerbang sekolah sebelah utara yang biasa ku masuki
kini telah tertutup rapat-rapat. Dengan rasa terpaksa aku masuk sekolah melalui
gerbang sebelah selatan. Dan disana sudah ada pak surya yang tengah berdiri
tegak menanti seluruh siswa-siswi yang terlambat datang ke sekolah. “Tiga
point. Kau terlambat tujuh menit nak. Disini tulis nama dan kelasmu! lalu
bersihkan sampah yang ada di lapangan basket ini dan sesudah itu cepat masuk ke
kelas. Mengerti!” kata pak Surya. “Me..meng..mengerti pak”. Jawabku dengan
mimik wajah riang terselimuti rasa takut.
Pak Surya adalah
guru paling tegas di sekolahku. Tapi banyak para siswa yang bilang bahwa beliau
adalah guru tergalak di sekolah ini. Herannya aku, jika beliau guru tergalak mengapa mereka
selalu membicarakan bahkan menjelek-jelekkan beliau. Hmm.. dasar remaja. XI IPA
4 itulah kelasku. Setelah selesai membersihkan lapangan basket, ku simpan
motorku di tempat parkir, langsung saja aku masuk ke kelas. Dan beruntungnya
aku, Jam pertama kelasku kosong. Pak Gunawan guru fisika ku tidak mengajar hari
ini. Menurut kabar beliau ke Bandung. Tak tahu ngapain. Tapi kurasa, tak
pentinglah aku harus tahu beliau dimana dan ngapain. Yang jelas keadaan seperti
ini bukannya membuatku lesu karena tidak belajar. Tapi sebaliknya keadaan
seperti ini malah membuatku senang. Kenapa? Karena aku bisa nongkrong di luar
kelas bersama teman-temanku. Hehe
Kebiasaan
teman-temanku saat nongkrong adalah ngobrol, ngegosip dan lain-lain. Pokoknya
ngobrolin apa aja mau penting atau tak penting tidak jadi masalah. Yang penting
rame dan happy. Berbeda denganku. Ketika di luar kelas aku lebih suka memantau
seseorang di kelas depan kelasku. Tepatnya kelas XI IPA 1. Dialah orang yang
selalu menyita perhatianku. Memberikanku segudang inspirasi. Dialah wanita
impianku. Namanya adalah Rezka Ayunda Putri. Dia duduk di bangku deratan depan.
Terlihat jelas wajahnya yang ayu oleh mataku.
“Mar..? Ngapain
kamu? Ngelamun? Wooy..kamu ngeliatin siapa?” tanya Dika. “Hah..enggak, siapa
yang ngelamun. Orang aku lagi ngeliatin pak Nurja ngajar di IPA 1”. Jawabku
mengelak. “Akh Alasan saja kau ini. Tak ada kerjaan ya. Mending maen PES pake
bluetooth, berani??” sahut Dika. “Ayo..siapa takut” Jawabku. (PES<Pro Evolution
Soccer> = game hp).
Bel istirahat pun
berbunyi. Aku dan Dika berniat untuk makan bakso di kantin. Sesampainya di
kantin, ketika aku hendak memesan bakso. Tepat di warung depan kedai bakso yang
aku singgahi. Dia ada di depanku. Iya Reska. Dia sedang membeli minum. Hm..
pemandangan enak nih. Terus saja ku pandangi dia. Tapi lama kelamaan dia pun
sadar bahwa aku sedang memperhatikannya. Dan Betapa kagetnya aku. Tiba-tiba
wajah cantik itu memberikan senyumnya yang manis untukku. Owh.. Ya Tuhan betapa
gembiranya aku. Haha… Mungkin inilah yang di sebut Falling In Love. Huuh..
Aku Tahu Reska
sejak aku kelas 3 SMP. Dulu sebenarnya kita pernah deket. Kita sering SMS-an
dan Telpon-telponan. Tapi belum pernah sekalipun ketemu. Tapi sekarang, entah
kebetulan atau memang sudah takdir kali ya. Aku dan Reska satu sekolah. Sejak
kelas X aku mulai lebih mengenal dia. Kita menjadi lebih deket dari sebelumnya.
Tiap hari mungkin kita SMS-an, curhat-curhatan, bahkan aku pernah main
kerumahnya. Walau hanya beberapa kali sih.
Karena saking
deketnya. Akhirnya lama kelamaan, keimananku pun roboh. Hatiku bergeser
menyisakan sebuah ruang kosong. Hingga pada suatu hari aku nekat. Ku ambil
telponku. Ku coba menelpon dia. Dengan penuh percaya diri dan keyakinan yang
sungguh. Aku coba untuk menyatakan perasaanku padanya. Dan betepa kecewanya
aku, Dia tak mau menjadi kekasihku. Dengan alasan dia hanya ingin menjadikan
aku TTM-nya. Dalam artian dia menolakku. Hmm... Kecewa yang sungguh Terlukis dalam wajahku. Tanpa fikir panjang
ku ambil gitarku. Langsung saja ku nyanyikan sebuah lagu yang ketika itu
mewakili rasa kecewaku...
Kau hancurkan aku
dengan sikapmu
Tak sadarkah kau
telah menyakitiku
Lelah hati ini
meyakinkanmu
Cinta ini
membunuhku...
(D’Masiv – Cinta ini
membunuhku)
***
Setelah kejadian
itu hubungan aku dan Rezka pun menjadi renggang. Kami tidak sedekat sebelum aku
menyatakan perasaanku padanya. Tapi lagi-lagi Rezka membuatku kecewa. Dua hari
setalah itu ku dengar sebuah kabar angin yang seakan-akan membuat aku tak
percaya dengan kabar itu. Ku dengar Rezka jadian dengan Bimo. Dan ternyata
kabar angin itu benar adanya. Huuh... rasa sakit hatipun kini terungkap dalam
benakku. Aku tahu mungkin ini salah. Sudah jelas inilah kenyataannya. Kenyataan
yang tak bisa aku ubah. Rezka lebih memilih Bimo dari pada aku. Sadar Damar...
sadar! Akupun sempat membenci Rezka. Namun, kebencian itu tak berlangsung lama.
Karena mungkin terlalu besarnya perasaanku terhadap Rezka.
*...Jum’at 6.07 pagi hari....*
Hari ini aku sengaja berangkat
pagi-pagi banget. Soalnya ada ulangan PKN. Aku belum sempat belajar di rumah.
Sama supaya tidak berurusan dengan pak Surya. Dan malangnya aku, di kelasku
yang luas ini belum ada seorangpun yang datang. Kosong, hening, dan sepi.
Itulah yang terjadi disini. Wah.. Tak benar ini bagaimana Indonesia mau maju
kalau generasi mudanya seperti ini. Males bangun pagi(hehe.. padahal aku juga
sering gitu).
Ku simpan tasku di
dalam kelas lalu ku ambil buku PKN ku. Sambil menunggu teman-temanku, aku
belajar di luar kelas. Sekalian nongkrong nunggu Rezka.hehe... Beruntungnya
aku, tiba-tiba tepat pada arah jarum jam angka 3 muncullah seorang wanita di
depan kelasku. Dengan kulitnya yang putih, serta matanya yang bulat, dia
tersenyum padaku. Dan sebuah kata terucap dari bibirnya yang manis “Ehm..
Rajin”. Aku yang kaget hanya bisa sedikit tersenyum dan membalasnya dengan sebuah kata yang tak
bermakna “Yehh..”. Dan kemudian terkuncilah mulutku ini. Diam dan diam. Huh..
“Aq hnya btuh
snyum”. Kerap sekali aku ingat SMS dia waktu itu. Dia memintaku untuk membalas
senyumnya ketika kami bertemu. Karena sering sekali aku tak membalas sebuah
senyuman yang dia lemparkan untukku. Aku hanya diam, dan selalu diam. Itulah
yang bisa ku lakukan. Bahkan terkadang aku hanya menundukkan kepalaku. Ketika
kami bertemu. Sebenarnya aku ingin membalas senyum itu. Tapi tak tahu kenapa
sulit sekali bibir ini ku kendalikan. Aku hanya terpana saat melihat dia
tersenyum untukku. Ya Tuhan.. Ada apa
ini???
Malam yang sunyi,
handphone ku sepi. Aku hanya bisa duduk termenung sendiri. Bersama gitarku yang
kini tak bisa membuatku bernyanyi. Tak ada teman malam ini. Teman-temanku pergi
menemui pujaan hati mereka. Karena inilah malam yang selalu mereka tunggu.
Malam waktunya mereka bergembira dengan cinta. Menghabiskan waktu bersama
belahan jiwa. Sejenak otakku bergeser, terlintas sebuah pertanyaan dalam
fikiranku. Kapan Rezka mengakhiri hubungannya dengan Bimo. Bertahan dan terus
menahan tak bisa terus ku lakukan. Terlalu besar jika terus ku pendam untuk
satu perasaan. Lama sudah aku menunggu, tak kunjung datang juga sebuah kabar
menyenangkan itu. Kring… kriiing.. bunyi handphone ku yang berdering. Langsung
saja ku sambar suara itu. Dan ternyata itu hanyalah sebuah missed call.
Bukannya kesal, tapi penasaranlah yang muncul dalam benakku. Siapa ini?
Selang beberapa
detik, datanglah sebuah pesan singkat yang sangat singkat. “assalamu’alaikum”.
Terkejutnya aku, ternyata itu dia. Senang, gembira, bahagia, kini telah
menyelimutiku. Dengan semangatnya ku balas pesan singkat itu.
“Wa’alaikumsalam.. tmben nih SMS? Da angin ap?”. 1 Jam sudah kami ngobrol via
SMS. Semakin saja ku menginginkannya. Kali ini kurasa terbayarlah sudah
kekecewaan yang dulu pernah ku rasakan karnanya.
Sebuah kabar yang
telah lama ku tunggu, akhirnya datang juga. Iya, Rezka mengakhiri hubungannya
dengan Bimo. Ada sebuah keheranan dalam fikiranku. Ketika Rezka bercerita bahwa
dia sudah putus dengan Bimo. Rezka menyebut Bimo ‘si pohon kelapa’. Kenapa ini? Apa hubungan mereka berakhir
dengan pertengkaran? Tapi, kurasa tak pentinglah aku mempermasalahkan semua
ini. Yang penting semua telah kembali seperti dulu. Ruang itu telah kembali
kosong. Tinggal kufikirkan bagaimana caraku melangkahkan harapanku untuk
mengisi ruang kosong itu. Berusaha… Ya.. Aku akan berusaha menyinggahi ruang
kosong itu.
Berjalan di tengah
teriknya sang raja siang ini, membuat tenggorokanku kering. Lelah menitihkan
langkah menuju tempat motorku di simpan. Ku singgahi sejenak koperasi siswa
untuk mengganti ion dalam tubuhku yang lemas ini. Ketika aku berada di depan
pintu koperasi, terdengar dengan jelas suara indah yang memanggilku.
“hey..Damar..”. Ku tengokkan kepalaku kearah kiri, dan terlihatlah wajah ayu
itu tersenyum dengar riangnya padaku. “yeh… Rezka”. Dengan sangat mudahnya aku
balas senyum itu. Ya Tuhan… akhirnya aku bisa membalas senyumannya.
Hari demi hari
terlewati. Cinta yang dalampun semakin tergali kini. Aku dan Rezka kembali
dekat seperti dahulu. Dan kurasa sekaranglah saatnya ku langkahkan harapan ini.
Malam ini aku berniat untuk mengungkapkan perasaanku pada Rezka. Tepat pukul
8.12 malam, ku ambil handphoneku lalu kucari sebuah nomor telpon yang menjadi
pusat perhatianku .Tanpa fikir panjang ku tekan tombol hijau yang ada di
handphone ku tepat pada nomor itu. 6 detik ku tunggu, terangkatlah telponku
kemudian terdengarlah suara yang menggetarkan relung jiwaku saat itu. “Halo..
assalamu’alaikum” . “wa’alaikumsalam”.Jawabku dengan santai. Seiring waktu
berjalan basa-basipun terucap mengikuti arus suasana. 24 menit kemudian, ku tutup
telpon itu. Lagi lagi hal itu terulang.
Hal yang dulu membuatku membenci Rezka kini telah terulang kembali.
Ketika aku akan
menyatakan apa yang aku rasa, Rezka terlebih dahulu mengungkapkan perasaannya.
Namun apa yang dia ungkapkan tidak sesuai dengan apa yang aku inginkan.
Ternyata ruang kosong itu bukanlah untukku. Nurman Zaenuddin. Dialah pria Sunda
yang menyita perhatian Rezka. Sebenarnya dia juga adalah sahabat baikku. Tapi
karena berbeda kelas, kami menjadi tidak terlalu akrab. Dan lagi-lagi kekecewaanlah
yang aku dapatkan. Terlempar sesaat,
seakan terhenti kaku dan membisu karena sebuah kenyataan semu. Sirnalah sudah
harapan selama ini. Sebatas mimpi, mungkin itulah Rezka bagiku. Akhirnya takdir
pula yang menjawabnya. Dan Rezka bukanlah takdirku. Sebuah asmara yang konstan dengan kekecewaan
membuat kehidupanku seakan reversible. Terasa bolak-balik tak berarti. Membuat
semuanya hanya percuma dan sia-sia. Mungkin semuanya akan berubah jauh, drastis
tak seperti dulu. Selamat tinggal rintihan hari sepiku.
***