Microphone mesjid.
Atau yang lebih di kenal speaker mesjid oleh orang sunda. Di kampung-kampung
memang speaker mesjid itu digunakan bukan hanya untuk adzan buat waktu shalat
aja. Tapi buat pengumungan untuk warga juga selalu di gunakan. Ngomong-ngomong
speaker mesjid gue punya cerita memilukan tentang hal itu. Begini.....
Suatu malam gue
beranjak dari rumah menuju rumah Reza sobat gue. Ma’lum sohib gue yang paling
akrab sama gue ketika itu Reza. Dirumah Reza ada Yunand, disana kami ngobrol-ngobrol
kaya bapak-bapak dengan masing-masing memegang secangkir kopi bercerita tentang
pengalaman hidup ketika mengarungi nestapa-derita-bahagia. Wkwk Ketawa
terbahak-bahak ketika mengingat masalalu yang kongkret dengan kejadian
memalukan. Bergosip ala Ibu-ibu arisan. Cinta,karir,ibadah terucaplah dari
bibir ke bibir diantara kami. Kebetulan Yunand sobat masakecil kami ketika SD
dan sekarang dia melanjutkan study-nya di Bandung. Tinggal di daerah perumahan
Dago kalo gak salah. Itu baru katanya.hhe
Wuuiiiisssshhhh.... *suara dinginnya angin
malam. Yang terasa kian menusuk ususku. Kuhangatkan kembali usus yang
kedinginan itu dengan secangkir kopi manis berasa susu mocca yaitu Kopi ABC
Mocca. Seregut demi seregut pindahlah secangkir kopi itu kedalam tubuhku namun
tidak beserta cangkirnya. Karena terlalu keras euy cangkirnya kalo diminum teh
wkwkwkwk J. Tak terasa waktupun menunjukkan jam 10 malam. Hmmm waktunya pulang
nih.. sebelum gue di obrak-abrik sama bokap kalo pulang malem-malem teuing.
Bubarlah perkumpulan tiga teman lama itu. Plak plak plak.. suara kakiku
menepikan langkah dijalan setapak berbatu kecil nan berlubang di temani derasnya
laju angin malam ini. Beberapa menit kemudian tibalah dirumah yang selama ini
menjadi tempat gue tinggal. Nampak gorden telah tertutup rapat, serta pintu
telah terkunci mutlak. Gue coba ketuk berkali-kali memanggil seisi rumah namun
di rumah yang sederhana itu tak ada orang yang tinggal. Dan beruntungnya gue
tetangga gue bi Dariyah menjelaskan kalo bokap-nyokap gue lagi keluar rumah. Oh
yasudahlah gue memutuskan untuk kembali pergi maen. Tinggal nunggu SMS dari
bokap aja kalo mau pulang mah. Sampailah dirumah Pendi. Disana ada Dedenk,
Buday, Toples serta Mamat. Mereka sahabat gue juga namun jadwal kumpul sama
mereka yaitu malem minggu. Ma’lum disini perkumpulan kami pria-pria jomlo yang
kesepian.
Gonjreng gonjreng..
asiknya suara guitar yang gue mainkan bareng Pendi. Galau menggalau itulah yang
sering kami lakukan ketika berkumpul. Tiba-tiba tambah lagi nasib sial bagiku Handphone
gue Low alias mati batrenya abis. HuftL Saking asiknya
maen gitar gak kerasa waktupun menunjukkan pukul 23.00. hmmm kali ini gue gak
peduli mau jam berapa-berapa juga karena lagi asiik sih hahaha. Dan ternyata
nasib sial kembali menghampiri si Gue yang malang ini. Di mesjid Utama di
kampung gue yang permai ini terdengar sura pengumuman yang isinya disitu
mengumumkan kalo gue ilang. Halaaahhh... Gue hafal banget itu suara bokap.
Bokap gue nyuruh gue pulang namun pake cara lain yaitu dengan cara mengumumkan
gue ilang ke warga kampung. Astaga... Nafsu asik maen gitar itu lenyap
seketika. Bergegaslah diri ini lari menghampiri suara itu. Dan disana terbukti
banyak warga yang berkumpul dan mereka mengira kalo gue yang malang ini bener2
ilang. Masya Allah.. Malang sekali nasib ku ini... hooaaaaammmzzz
Kembali kerumah,
tidurlah simalang ini. Dan besoknya dengan full rasa malu. Gue memberanikan
diri untuk keluar rumah, ketika itu gue disuruh membeli bawang sama nyokap.
Lalu terbuktilah Malu itu. Bu Ida tetangga gue bertanya, Ilang kemana kamu
sal??? Masya allah.. *kabuuurrrrrrrrrr......
0 komentar:
Posting Komentar