Setiap tahun suatu organisasi/eskul di sekolah
gue pasti ngadain yang namanya diklat. Ya lebih tepatnya menjurus kearah ospek
gitulah. Kelas 3 jelas dong jadi senior yang punya hak buat marah-marahin
juniornya kelas 2 sama kelas 1. Kelas 2. nah diposisi inilah gue, disebut juga
Posisi transisi yaitu ketika jadi senior sama junior di marahi sama memarahi.
Di UM atau Nge-UM. Jadi kalo bilangan itu bisa di bilang posisi sia-sia
(netral) marah = +2 dimarahi = -2. Maka sama dengan 0 (nol).
Hari
itu hari sabtu, selepas latihan eskul gue yang satunya yaitu padus gue langsung
kekosan berkemas barang-barang yang akan di bawa buat diklat Ganpadma, yang
rencananya akan berkemah di daerah yang di sebut cibareubeuy. Di tengah hutan
yang jauh sejuk namun agak menyeramkan kalo menurut gue jika diam sendirian
disana. Disana bukan hanya diklat buat kelas 1 calon bakal anggota aja tapi
juga menurut kabar burung yang tak tentu adanya disana juga bakal di laksanakan
diklat calon kepengurusan buat kelas 2 yang nantinya akan menggantikan
kepengurusan kelas 3. Sehingga itu pantas saja kaka senior kelas 3 mewajibkan
kelas 2 untuk ikut. Kita berangkat bareng-bareng jam 4sore. Berkumpul di depan
pos satpam sekolah. Kita berangkat menggunakan mobil truk. Seperti biasa
kebiasaan yang kini mulai terbiasa dan membuat semuanya kebiasaan untuk biasa
telat alias jam karet atau sering kita sebut “NGARET”. Dan jam setengah 5 belum
berkumpul juga. Sebenarnya tinggal satu orang lagi, yaitu si keriting mupeng
(muka pengen) Agung Oktapriatna. Yang mengaku anak kota. Namun kotanya kotakan
yaitu yang tak lain adalah Cilaja city tapi city-nya citi-an hahaha :D. Jam 5
kurang 15 datanglah sesosok mupeng yang membuat resah itu. Yang membuat kami
resah bukanlah takut dia kenapa mengapa atau apa2 tapi karena dialah sang ketua
pelaksana acara diklat tersebut. Ya dia temen seangkatan gue. Sekelas juga. Dan
benar aja weh... Dia di wek2 sama ketua DA putri yaitu Teh Denis. Dan lucunya
simuka pengen itu hanya tertawa tanpa dosa. Tiis.. kaya kentut yang datang..
hanya kecium baunya kemudian ilang. Dengan topi anak regenya yang dia pake
mirip bayi umur 2 bulan hanya melihat kami dengan senyuman tanpa merasakan
apa2. Dasar mupeng. Akhirnya sampailah kami di lokasi. Dan Jauh dari perkiraan
ternyata lokasi kemah kami itu jauh. Bener2 jauh dari lingkungan
masyarakat,pedesaan apalagi perumahan. Bahkan sinyal hape pun tak tersedia
disana. Hujan turun, walaupun cuma gerimis ya tetep aja basah. Kami berjalan
kira2 sejauh 3,33km (jarak disamarkan tapi aslinya emang jauh ko, sumpah deh) .
Masuk kehutan, sebrang sungai, turun jurang naik bukit. Jalanan becek, tas,
baju basah semuanya. Begitulah menderitanya kami ketika itu. Tapi penderitaan
itu bener2 gak kerasa karena ilang oleh semangat kami yang merasa seperti
bener2 anak pencinta alam yang sedang melaksanakan petualangan menaklukan
ganasnya alam. Hahaha
Sungai, hujan, tanah
yang becek, kami jadikan rintangan. Susahnya dapat air minum membuat kami
berani meminum segarnya air sungai asli pegunungan. Karena kami memang bener2
kehausan ketika itu. Hari mulai gelap jam 6 sore disana sudah seperti jam
setengah 7 ya gitulah lebih gelap gimana gitu. Setelah berjalan sekian lamanya
akhirnya sampe juga di tempat tujuan. Setelah itu bagi-bagi lokasi. kelas 1 di
saung paling atas, kelas 2 di tengah dan kelas 3 di bawah. Jam 8 adalah acara
makan malam dimana kami harus membuka perbekalan kami sekarang. Makan di dalam
kegelepan begitu nikmatnya. Salah colek sambalpun terjadi.wkwk Ma’lum lah kami
makan membentuk lingkaran disaung yang kotor baju yang basah di temani beberapa
lilin-lilin yang kurang banyak untuk sebuah kata “T.E.R.A.N.G”. Enak gak enak
nyaman gak nyaman yang penting makan. Setelah acara makan adalah acara
pembentukan nama BANTARA buat anak kelas 1. After that, Acara herey2an yang di
pandu oleh orang yang menurut gue paling saraf dan katanya dia gak punya urat
kemaluan yaitu Beubeu Hernandes. Dia
emang rame tapi sayangnya ramenya itu loh yang bikin gue kesiksa. Karena guelah
yang sering jadi objek mainan si gulungan kentut itu. Tapi apalah daya sudah
takdir kali gue jadi bulan-bulan mahluk gembul nan busuk mengesalkan itu. Huft
Waktu tidurpun tiba.
Jam 9 kami kelas 2 dan kelas 1 di perintahkan untuk tidur. Kami tidak bodoh,
berdasarkan pengalaman sebelum-sebelumnya pasti tengah malem nanti ada acara di
gertak di bangunin terus di bentak-bentak sama di permainkan sesuka hati sang
kaka kelas. Busuk ya? Itulah gak enaknya jadi junior boi.. L Tapi tak apa, untuk menjadi orang yang
berhasil harus ada mental yang kuat. Karena berfikiran seperti itu kamipun
tidak tidur mengobrol apa aja dari mulai masalah cewe hingga ngobrolin masalah
17th ke atas.. husss *ini di sensor ya J. Tapi itu tak
berlangsung lama ada senior kami yang keliling lalu memarahi kami yang belum
terlelap tidur. “Heh..Tidurrr... “ sahutnya sambil memukul saung kami dengan
sebuah bambu. Permasalahannya sebenarnya bukan kami gak mau tidur, tapi susah.
Tidur di keadaan-lingkungan yg tidak mendukung di dalam saung berukuran kecil
sekali kira2 (2x3)m harus tidur 8orang yang ukurannya berbeda-beda mending
semua ukuran badan mereka kaya gue kecil. Pasti gak ngabisin tempat ini si adit
badan bulet kaya tong sampah, terus sirivan yang panjangnya mirip teraje wah
wah, udah gitu baju-baju di tas pada basah kena air hujan tadi pas di jalan.
Begitupun selimut yang kami bawa dari rumah pula ikutan basah. Sia-sia kan?
Mana suhu dingin banget. Mampuslah bagi gue yang gampang kena masuk angin.
Tapi,, untung ada “Tolak Angin”.. J.
Tak tok tak tok......
Bangun.. woy bangun, bangun pake pramuka lengkap!.... Teriak kaka kelas ketika
membangun kami, yang tengah tertidur. Dan Panik pun kinilah yang kami rasa.
Ribut nyari ini Itu perlengkapan pramuka kami. Dan gue sama restuvi telat.
Beruntungnya gue disini gue keluar sambil batuk-batuk jadi gak kena hukuman dan
ketika kaka kelas tanya gue sakit dengan muka so sakit gue jawab iya tapi Cuma
masuk angin dan gue langsung membuka satu bungkus tolak angin yang ketika
tersedia di saku kiri dada gue. Dan sialnya nasib restuvi dia kena hukuman di
suruh bus-up. Setelah gue telan kembali obat orang pintar itu, gue pun di
perintahkan untuk bergabung berbaris sama temen2 gue di tengah saung yang
ketika itu jauh dari saung anak kelas 1 supaya gak berisik. Saat itu yang gue
rasakan hanya ngantuk. Konsentrasipun gak bisa. Ketika kami berbaris kami di
beri 1lembar kertas isian dan 1lilin yang isinya kalo gue gak salah adalah
jabatan apa yang kamu pengen di Ganpadma (Nama Satuan Pramuka SMANSA). Dan
sebenernya dari dulu gue udah ngincer posisi Judat (Juru-adat) begitupun kata
temen2 gue, gue cocok di posisi itu. Soalnya pas banget buat bocah tukang
marah-marah kaya gue mah. Haha
Dan ketika kami sudah
di berikan satu kertas isian sama satu lilin tadi kami di perintahkan untuk
berpencar. Cari tempat yang menurut kalian nyaman buat ngisi kertas tadi sekali
pun DI ATAS BATU. Itu kata-kata Teh Denis yang gue inget. Di atas batu
yang paling terngiang di telinga gue, yang ketika itu masih ngantuk karena
kekurangan memejamkan mata. Dan apa yang terjadi? Disinilah di mulainya
kesedihan itu, ketika gue berhasil menemukan sebuah batu besar yang gue kira
batu itu tinggi pula. Dan ternyata tidak. Hop, hop.. langkah gue menuju batu
tersebut. Dan ketika sampe di penghujung batu tersebut tiba
GGGGOOOLLLEPPRAAAKKK......”Hu’aa... alah”.. gue jatuh kesebuah jurang dimana
pinggang gue yang menahan semuanya di
atas sebuah batu. Skitnya minta ampun kaya encok kake-kake yang seminggu sekali
kambuh.. masa allah.. sialnya sigue ini temen2 gue bukan langsung nolongin tapi
malah ketawa dulu melihat gue
E.U.N.G.A.P- E.U.N.G.A.Pan kaya orang yang asma, sesek nafas mau nemuin
ajalnya. Dan yang lebih ngeselin adalah Bebeu dia malah teriak “Ash-shalihin.. Ash-shalihin..”
sambil tertawa. Untung cepat2 ada sibapa yang jaga tempat itu langsung nolong
gue. Dan lebih beruntungnya lagi ternyata dia bisa ngurut. Hahaha Jadi pinggang
gue bisa langsung sembuh ketika itu juga. Haha
Beginilah kisah sang calon Judat Ganpadma yg menyedihkan itu. tapi tak apa akhirnya pan jadi dapet jabatan judatnya juga. Wkwkwkwk J
Beginilah kisah sang calon Judat Ganpadma yg menyedihkan itu. tapi tak apa akhirnya pan jadi dapet jabatan judatnya juga. Wkwkwkwk J








Tulisannya kenapa warna putih. Kagak kebaca gan kkkk
BalasHapussori, sekarang mah udah diganti.
BalasHapusitu tuh nyalin dari blog lama, haha